JAKARTA – Pemerintah sedang menulis ulang sejarah nasional Indonesia versi terbaru. Ini rancangan 10 bab sejarahnya. “Judul 10 jilid belum fixed, karena masih lentur dalam mewadahi substansi,” kata Ketua Tim Penulisan Ulang Sejarah RI, Profesor Susanto Zuhdi, kepada Kompas.com, Senin (19/5/2025).
Meski judul bab-bab dalam “buku besar” sejarah nasional itu belum pasti, namun tema bab-bab itu sudah pasti mewakili tiap-tiap babak perjalanan masa lalu Indonesia.
Seperti yang dilansir kompas.com, dia menjelaskan topik bab-bab tersebut diawali dengan peradaban awal (prasejarah), dilanjutkan dengan topik interaksi dengan India (Hindu-Buddha), interaksi dengan Persia/Arab/Timur Tengah (Islam), kerajaan-kerajaan Nusantara, hingga kedatangan orang Eropa/VOC.
Bab selanjutnya akan berisi sejarah kolonial Hindia-Belanda, pergerakan nasional, dan penjajahan Jepang.
Bab sejarah kemerdekaan menyusul setelahnya, dilanjut dengan bab era 1950-an yang diwarnai gejolak daerah/disintergrasi, demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, berganti dengan bab tentang Orde Baru, hingga bab era reformasi dan masa kini (kontemporer).
“Tampak merupakan tonggak-tonggak sejarah bangsa, up and down,” ujar Susanto.
Senada dengan penjelasan Susanto, salah satu editor umum penulisan ulang sejarah RI, Profesor Singgih Tri Sulistiyono menjelaskan rancangan 10 bab sejarah nasional Indonesia dengan susunan dengan tema sebagai berikut:
Bab I: Sejarah awal
Tim penulisan ulang sejarah RI sengaja menghindari istilah “prasejarah” lantaran mereka menilai istilah itu terkesan rendah diri. Meskipun, bab ini dikenal sebagai bab era “prasejarah” dalam penulisan yang lazim dikenal saat ini, yakni era sebelum mengenal tulisan.
“Kita ganti istilah ‘prasejarah’ karena itu mengandung konotasi inferior, seolah-olah yang belum mengenal tulisan lebih rendah ketimbang yang sudah mengenal tulisan. Padahal, mereka mampu mengarungi samudera dari Formosa ke Nusantara dan Pasifik,” ujar Singgih, dihubungi terpisah oleh Kompas.com.
Bab II: Perjumpaan budaya dengan India
Saat ini, historiografi era Hindu-Buddha sudah mengakui adanya perspektif otonomi sejarah. Masyarakat saat itu dianggap punya inisiatif untuk memperkaya budaya mereka pada saat itu lewat perjumpaan dengan budaya luar, dalam hal ini India.
Bab III: Perjumpaan budaya dengan Timur Tengah
Pada periode ini, masyarakat memperkaya lagi budayanya dengan budaya Timur Tengah meski masyarakat tidak sama persis menerapkan budaya Timur Tengah ke Indonesia.
Bab IV: Perjumpaan dengan kongsi dagang asing Eropa
Bab ini menceritakan perihal perjumpaan dengan VOC Belanda, EIC Inggris, bangsa Spanyol, dan Portugis.
Bab V: Kolonialisme dan perlawanannya
Bab VI: Munculnya nasionalisme Indonesia
Bab VII: Perang kemerdekaan Belanda dan Sekutu
Bab ini akan menceritakan sejarah selepas proklamasi kemerdekaan hingga tahun 1949.
Bab VIII: Demokrasi liberal
Bab ini menceritakan sejarah dari tahun 1950-an. Saat itu, terjadi sejumlah pemberontakan di dalam negeri.
Bagaimana penulis sejarah Indonesia bakal menuliskan pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta (PRRI/Permesta)?
“Tergantung temuan fakta. Kalau peristiwa itu belum ada temun fakta baru, itu tetap akan ditulis sebagaimana halnya selama ini ditulis,” kata Singgih.
Bab IX: Orde Baru
Bab X: Reformasi 1998 sampai pemerintahan Presiden Jokowi
Anggota DPR Komisi X mengatakan belum mendapatkan detail dokumen penulisan ulang sejarah nasional ini. Kompas.com mencoba mendapatkan drafnya dari Susanto dan Singgih namun mereka belum memberikan dokumen drafnya.
Sebelumnya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan pihaknya akan melibatkan lebih dari 100 sejarawan dari semua perguruan tinggi untuk proyek ini.
Dia memaparkan, hasil penulisan ulang sejarah ini akan diluncurkan bertepatan dengan peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 2025 nanti. (dvi/rls)